Membentuk Karakter Positif Anak lewat 4 Sifat Rasulullah.
28 Juli 2020
Hukum Takbiran Di Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah
30 Juli 2020

Khutbah Idul Adha 1441 H

TEKS KHUTBAH IDUL ADHA 1441 H

OLEH: DR. H. ATABIK LUTHFI, LC, MA

 IDUL ADHA; MOMENTUM TAQARRUB KEPADA ALLAH SWT

ا الله أكبر الله أكبرأكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبرالله

ُاللهأَكْبَرُ كَبِيْرًا, وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ, لاَإِلهَ إِلاَّالله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ, لَاإِلهَ إِلاَّالله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ.

 الحمدُ لله ربِّ العالمين، الحمدُ لله الذي بنعمته تتمُّ الصالحات، وبعَفوِه تُغفَر الذُّنوب والسيِّئات، وبكرَمِه تُقبَل العَطايا والقُربَات، وبلُطفِه تُستَر العُيُوب والزَّلاَّت، الحمدُ لله الذي أماتَ وأحيا، ومنَع وأعطَى، وأرشَدَ وهدى، وأضحَكَ وأبكى؛ ﴿ وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا)

فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

. وَاتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيْلٌ وَعِيْدٌ شَرِيْفٌ جَلِيْلٌ. قَالَ اللهُ تَعَالى فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ

. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الَّرجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الَّرحمن الرحيم

. إِنّا أَعْطَيْنَاكَ الكَوْثَرَ

. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَالأَبْتَرُ.

Jama’ah sholat Idul Adha yang senantiasa berbahagia dengan  nikmat dan petunjuk Allah swt.

Marilah dari waktu ke waktu kita semai terus benih-benih keimanan dan ketakwaan yang telah Allah anugerahkan kepada kita semua menuju tingkat dan kualitas iman dan takwa yang dapat menghantarkan kita meraih ampunan Allah swt, -khususnya di saat ujian pandemi covid 19 ini- sehingga Allah berkenan membuka pintu keberkahanNya dari langit dan bumi seperti yang dijanjikanNya,

“ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya“. (Al-A’raf: 96)

Hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah

Idul Adha, berbeda dengan hari-hari besar yang lain, sangat sarat dengan nilai sejarah pengorbanan sebagai media taqarrub (mendekat) kepada Allah swt, pengorbanan dalam sejarah ibadah haji dan ibadah kurban. Dalam ibadah haji,  diabadikan sejarah pengorbanan nabi Ibrahim as, yang meninggalkan istri dan anaknya yang masih menyusui di lembah tandus yang tidak bertanaman, semata-mata karena taqarrub kepada Allah swt, memenuhi perintahNya, sebagai cikal bakal pelaksanaan ibadah haji.

(رَّبَّنَاۤ إِنِّیۤ أَسۡكَنتُ مِن ذُرِّیَّتِی بِوَادٍ غَیۡرِ ذِی زَرۡعٍ عِندَ بَیۡتِكَ ٱلۡمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِیُقِیمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجۡعَلۡ أَفۡـِٔدَةࣰ مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهۡوِیۤ إِلَیۡهِمۡ وَٱرۡزُقۡهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَ ٰ⁠تِ لَعَلَّهُمۡ یَشۡكُرُونَ)

“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. (QS. Ibrahim 37)

Terlebih ibadah kurban, yang secara bahasa berasal dari kata قرب – يقرب – قريب  yang artinya dekat yaitu Allah swt yang selalu dekat dengan hamba-hambaNya. Dan dari kata  تقرب –  يتقرب –  تقربا – قربانا  yang artinya usaha mendekat yang dilakukan oleh seorang hamba untuk Allah swt dengan semua amal keta’atan di sisiNya. Firman Allah swt di surat Al-Ma’idah: 27 mengisyaratkan kurban sebagai ibadah terawal, yang dijalankan oleh kedua putra nabi Adam as, dengan bahasa taqarrub/qurban:

(۞ وَٱتۡلُ عَلَیۡهِمۡ نَبَأَ ٱبۡنَیۡ ءَادَمَ بِٱلۡحَقِّ إِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانࣰا فَتُقُبِّلَ مِنۡ أَحَدِهِمَا وَلَمۡ یُتَقَبَّلۡ مِنَ ٱلۡـَٔاخَرِ قَالَ لَأَقۡتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا یَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِینَ)

“Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.”

Karenanya secara kalender hijriyyah yang merupakan kalender keta’atan kita kepada Allah swt, ibadah haji dan ibadah kurban berada di penghujung tahun hijriyyah sebagai isyarat akan puncak dan penutup dari seluruh penghambaan dan pengabdian tahunan kita kepada Allah swt.

Allahu Akbar 3x WaliLlahilhamd.

Syekh Abdul Halim Mahmud menuturkan bahwa ibadah haji merupakan ibadah yang sarat dengan simbol-simbol kerohanian yang akan menghantarkan seorang muslim mengenali dirinya. Apabila ia mengerjakannya dengan baik dan benar, maka ia akan memasuki lingkungan Allah dan mengenal Tuhannya.

Ibadah haji –seperti juga ibadah yang lain- diawali dengan niat Lillah sembari terlebih dahulu menanggalkan seluruh atribut pakaian yang seringkali menunjukkan dan menampilkan identitas dan status sosial seseorang dan ia harus rela mengenakan pakaian ihram. Jika tidak ada spirit ‘taqarrub’ kepada Allah swt, tentu berat meninggalkan tanah air dengan seluruh kekayaan dan kemegahannya, menuju baitullah untuk lebih mendekat dengan Allah swt.

Puncak dari amaliah haji adalah wukuf di Arafah. Di tempat mulia ini, setiap jamaah akan lebih merasakan kedekatannya dengan Allah swt, disatukan hati mereka dengan sesamanya. Mereka bersama-sama larut dalam sujud, zikir, memuji Allah dan mengagungkanNya. Mereka saling mendo’akan diantara mereka untuk kebaikan dunia dan akhirat  seluruh orang yang beriman. Mereka diingatkan akan kesejatian dirinya dan akhir dari perjalanan hidupnya. Begitulah nantinya mereka akan dikumpulkan dan mempertanggung jawabkan apa yang telah mereka kerjakan selama hidup mereka.

Tentu tidak mudah tetap bersabar, saling menghargai, saling membantu dalam waktu yang relatif lama, dalam suasana yang cukup berat, dengan manusia dari berbagai bangsa, menjalankan ibadah yang sama, di tempat yang sama, pada waktu yang sama, dan persamaan-persamaan lainnya antar seluruh jama’ah haji. Disitulah ujian pengorbanan dalam bingkai persatuan ummat sangat terasa. Betapa tidak ada yang perlu dipertikaikan, atau diperselisihkan. Semua dengan khusyu’ dan sungguh-sungguh tunduk mengabdi di hadapan Rabb semesta alam.

Oleh karena itu, dalam hadits Rasulullah saw bersabda tentang pentingnya kebersamaan dan persatuan antar sesama yang akan menjadi media meraih ampunan Allah swt. Sebaliknya pertikaian merupakan penghambat ampunan Allah swt:

تفتح أبواب الجنة يوم الإثنين والخميس فيغفر الله لمن شاء من عباده لا يشرك به شيئا. إلا عبدان بيهما شحناء, فقال الله لملائكته: أنظروا حتى يصطلحا أنظروا حتى يصطلحا أنظروا حتى يصطلحا

“Dibuka pintu-pintu surga setiap hari senin dan kamis, maka Allah memberi ampunan kepada siapa yang dikehendakiNya selama tidak berbuat syirik. Melainkan dua orang hamba yang masih ada pertikaian diantara keduanya. Allah berfirman kepada malaikatNya: “Tangguhkan ampunanKu untuk keduanya hingga keduanya berbaikan, tangguhkan ampunan untuk keduanya hingga keduanya berdamai, tangguhkan ampunanKu untuk keduanya hingga keduanya berdamai”. (HR. Thabrani)

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd.

Membaca sejarah ibadah kurban, tentu tidak berhenti pada pengorbanan ayahanda Ibrahim as, tetapi juga kesabaran dan keta’atan ananda Isma’il as, sebagai kelengkapan keteladanan dari keluarga mulia ini. Allah swt berfirman:

فلما بلغ معه السعى قال يبني إنى أرى فى المنام أنى أذبحك فانظر ماذا ترى قال ياأبت افعل ما تؤمر ستجدنى إن شاء الله من الصابرين

“Maka tatkala ia (Isma’il) sampai pada usia sanggup berusaha, Ibrahim berkata:”Wahai anakku, sungguh aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?”. Isma’il berkata: “wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapati termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. Ash-Shaaffaat: 102)

            Keta’atan seorang Isma’il yang masih belia tentu buah dari pendidikan ayahandanya yang mulia. Perintah Allah justru datang melalui mimpi yang merupakan level terberat dalam menerima perintah Allah, dibanding dengan malaikat yang diutus oleh Allah swt untuk memberikan perintah. Kasih sayang seorang ayah tentu akan menjadi pertimbangan dalam melaksanakan perintah tersebut. Namun justru, Ibrahim memilih memenuhi perintah Allah swt untuk menyembelih putranya daripada mengikuti perasaan dirinya terhadap putranya yang masih kecil. Karena ia yakin, tidak mungkin Allah memerintahkan sesuatu melainkan untuk kebaikan dirinya, keluarganya dan umatnya pada masa yang sama. Disitulah tercermin tingkat keta’atan nabi Ibrahim yang luar biasa yang layak mendapat kehormatan untuk membawa risalah ibadah kurban dan ibadah haji bersama keluarganya.

Hadirin jama’ah shalat Idul Adha yang berbahagia

Ibadah haji dan ibadah kurban yang hadir melengkapi kemuliaan Idul Adha, dikategorikan sebagai ibadah syi’ar, yaitu yang dijalankan oleh jumlah yang sangat banyak, dari manusia di seluruh penjuru dunia. Kemanfaatan kedua ibadah tersebut juga bersifat menyeluruh. Karenanya, Ibadah haji dan kurban berdimensi vertikal dan horizontal. Yang mendapat manfaat tidak terbatas pada orang tertentu atau yang menjalankan ibadah tersebut, namun semua kita berhak mendapat beragam manfaat dari keduanya; yang mampu dan tidak mampu, yang meminta-minta dan yang tidak meminta-minta.

(وَٱلۡبُدۡنَ جَعَلۡنَـٰهَا لَكُم مِّن شَعَـٰۤىِٕرِ ٱللَّهِ لَكُمۡ فِیهَا خَیۡرࣱۖ فَٱذۡكُرُوا۟ ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَیۡهَا صَوَاۤفَّۖ فَإِذَا وَجَبَتۡ جُنُوبُهَا فَكُلُوا۟ مِنۡهَا وَأَطۡعِمُوا۟ ٱلۡقَانِعَ وَٱلۡمُعۡتَرَّۚ كَذَ ٰ⁠لِكَ سَخَّرۡنَـٰهَا لَكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ)

“Dan unta-unta itu Kami jadikan untuk-mu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) da-lam keadaan berdiri dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah seba-giannya dan berilah makanlah orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur”. (QS.  Al-Hajj: 36)

Padahal mereka yang mampu mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah swt, dikategorikan sebagai hamba yang hatinya bertakwa. Allah swt berfirman:

(ذَ ٰ⁠لِكَۖ وَمَن یُعَظِّمۡ شَعَـٰۤىِٕرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقۡوَى ٱلۡقُلُوبِ)

 “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu bukti dari ketakwaan hati“. (QS. Al-Hajj: 32)

 الله أكبر ولله الحمد أكبرالله الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر

Ms’asyiral muslimin wal muslimat Rahimakumullah..

Untuk mencapat tingkatan taqarrub (qurban) yang tinggi, yang pernah dicapai oleh keluarga nabi Ibrahim as, tentu melalui berbagai bentuk dan model pendidikan keluarga yang layak diteladani, berdasarkan parameter hadits Rasulullah saw:

خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلى

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Paling tidak, terdapat empat metode pendidikan keluarga yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim as dari do’a yang disebutkan di QS. Ibrahim: 35 – 40:

  1. Nabi Ibrahim as tidak menempatkan keluarganya di sembarang tempat, melainkan di dekat BaituLlah (rumah Allah). Penempatan ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan sebagai pertanda bahwa sejak awal Nabi Ibrahim as sangat memperhatikan lingkungan tempat tinggal keluarganya. Beliau ingin mengkondisikan keluarganya agar senantiasa dekat dengan BaituLlah.
  2. Meskipun keadaan sekeliling tempat tinggal keluarganya adalah tempat yang sangat tandus, kering dan tidak ada tanaman dan tumbuhan, namun yang diminta oleh Nabi Ibrahim pertama kali adalah agar keluarganya dijadikan orang-orang yang mampu mendirikan sholat. Inilah permohonan yang berorientasi untuk mendekatkan keluarga dengan Allah swt. Sebuah permohonan yang jarang dikumandangkan oleh para orangtua dan kaum pendidik sekarang. Sungguh sangat kontras dengan dunia pendidikan sekarang yang lebih kental dengan material oriented.
  3. Do’a nabi Ibrahim as berikutnya “Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka“. Beliau sangat berharap bahwa keluarganya menjadi orang-orang yang dicintai oleh masyarakat. Dan sebuah keluarga akan disegani oleh masyarakat manakala tampil dengan akhlak dan perilaku yang terpuji dan bisa memberikan manfaat di tengah-tengah mereka. Inilah indikasi keberhasilan sebuah lembaga pendidikan seharusnya dilihat dari akhlak dan moral para lulusannya, disamping kualitas intelektual yang seringkali dijadikan barometer keberhasilan pendidikan satu-satunya. Demikian penting akhlak yang mulia, sampai-sampai Nabi Muhammad saw seolah-olah tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia di tengah-tengah umatnya.
  4. Nabi Ibrahim as akhirnya menutup do’anya dengan permohonan yang bersifat materi, “Dan anugerahilah mereka rizki dari buah-buahan”. Permohonan ini secara logika menyalahi umumnya masyarakat dalam berdoa. Biasanya doa mohon rizki akan ditempatkan di urutan pertama, bukan terakhir. Tetapi tidak dengan Nabi Ibrahim as. Dan ternyata, rizki yang beliau pohonkan untuk keluarganya adalah untuk menjadikan mereka lebih bersyukur sehingga akan bisa meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka kepada Allah swt.

Inilah beberapa rumusan metode pendidikan ala Nabi Ibrahim as yang mampu menghantarkan mereka menjadi keluarga teladan sepanjang zaman yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Keluarga yang dipilih oleh Allah swt untuk membawa sekaligus  tampil sebagai pemeran utama dalam syariat ibadah haji dan ibadah kurban. Kita sangat berharap akan lahir keluarga-keluarga Ibrahim yang kental dengan nilai pengorbanan taqarrub untuk kepentingan dan maslahat umat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw

المؤمن يألف ويؤلف ولا خير فيمن لا يألف ولايؤلف  وخير الناس أنفعهم للناس

“Seorang mu’min itu adalah bisa bersatu dan dipersatukan. Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bersatu dan tidak dapat dipersatukan. Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada sesama”. (HR. Thabrani dan Daruquthni) Kemanfaatan disini tentu bersifat umum; kemanfaatan yang bersifat agama, manfaat moril dan materil, manfaat yang bersifat personal maupun kolektif. Insya Allah dengan menjalankan syi’ar Allah berupa ibadah haji dan qurban, akan semakin besar kebaikan dan keberkahan yang akan diturunkan oleh Allah swt kepada masyarakat dan bangsa yang kita cintai ini. Amiin yaa Rabbal Alamin.

Akhirnya, di hari yang sangat mulia ini, mari kita semua berdoa kepada Allah swt, semoga Allah swt menjadikan kita keluarga yang ta’at kepada perintah Allah swt, keluarga yang saling menyayangi sesama. Lebih dari itu, mudah-mudahan Allah menjadikan umat ini umat yang satu, umat yang kuat, umat yang bersaudara dan saling berkasih sayang, umat yang punya kemuliaan dan martabat. Amiin ya Rabbal Alamin

اللهم صل وسلم وبارك على محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين حمدا يوافى نعمه ويكافئ مزيده. ياربنا لك الحمد ولك الشكر كما ينبغى لجلال وجهك الكريم ولعظيم سلطانك. اللهم اغفر لنا ذنوبنا وكفر عنا سيئاتنا وتوفنا مع الأبرار. اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤنات الأحياء منهم والأموات برحمتك يا غفور رحيم

Yaa Allah yaa Rahmaan yaa Rahiim..hari ini kami berkumpul di sini, di hari yang penuh berkah ini, memohon padaMu untuk menyatukan hati-hati kami, berkumpul atas cinta padaMu, berjanji setia menolong agamaMu, kuatkanlah persaudaraan kami, tunjukilah jalan hidup kami, kekalkanlah persaudaraan kami, penuhilah hati kami dengan iman padaMu, dan kekuatan tawakkal padaMU, Hidupkan kami dan keturunan kami dalam makrifat padaMu, matikan kami dalam syahid di jalanMu, sesungguh Engkau adalah Maha penolong.

Yaa Ghafur yaa Razzak..terimalah ibadah haji saudara-saudara kami yang berhaji tahun ini, jadikanlah haji mereka haji yang mabrur, ampuni dosa-dosa mereka dan selamatkan mereka sampai kembali ke kampung halaman bertemu dengan keluarga-keluarga mereka dalam keberkahan, anugerahkan kami yang belum berhaji agar dapat melaksanakan ibadah haji ke baitullah..

Yaa Tawwab yaa Fattaah…terimalah semua pengabdian dan pengorbanan kami, sempurnakanlah yang kurang dari kami, Engkaulah Yang Maha Sempurna. Jadikan keluarga-keluarga kami, keluarga yang komitmen dengan kebaikan, setia dengan keta’atan, keluarga-keluarga yang menegakkan shalat, keluarga-keluarga yang rajin berinfaq, semangat beribadah dan senantiasa berusaha menjalankan kewajiban..

اللهم انصرنا فإنك خير الناصرين..اللهم ارزقنا فإنك خير الرازقين.. اللهم تب علينا فإنك أنت التواب الرحيم

Ya Allah, berilah kami pertolongan karena Engkaulah sebaik-baik yang memberi pertolongan..Berilah kami rizki karena Engkaulah sebaik-baik pemberi rizki…ya Allah, terimalah taubat kami karena sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang..

ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار … وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TELEPHONE