Merawat Himmah dalam Rumah Tangga

Belajar Menjadi Ayah yang Dialogis
4 Mei 2020
Pujian Tak Meninggikan Cacian Tak Merendahkan
5 Mei 2020

Merawat Himmah dalam Rumah Tangga

Oleh Ust. Muhammad Fauzil Adhim

Tubuh dapat kita rawat, fisik dapat kita jaga. Tetapi usia tetaplah akan semakin menua. Tidak semakin muda. Maka merawat pernikahan yang semakin berumur haruslah dengan hal-hal yang dapat menautkan hati kita, menyatukan hati meskipun gurat ketuaan semakin jelas terlihat.

Kita dapat memoles wajah, menyembunyikan ketuaan dan menyamarkan jejak-jejak usia yang kian mengurangi daya tarik fisik. Tetapi kita tidak pernah dapat menghapuskannya. Sangat berbeda antara menyembunyikan umur dengan menghapuskan ketuaan. Betapa banyak orang yang dahulu suaranya menggelegar, pandangan matanya tajam menghunjam, tetapi beberapa masa sesudah itu tangannya gemetar, suaranya bergetar dan pandangannya mulai samar.

Menjadi tua itu pasti, kecuali apabila kita wafat sebelum tua. Maka pengikat hati di antara suami dan istri hendaklah berakar pada hal-hal yang darinya segala akhlak yang indah (خلق جميل) akan lahir. Bukan hal-hal yang melambungkan hawa nafsu serta menjadikan diri bersibuk dengan kesenangan yang segera, tetapi cepat sirna pula kenikmatannya dalam jiwa.

Semakin bertambah usia kita bukan berarti tak ada lagi tempat bagi cita-cita yang tinggi, tekad yang kuat dan motivasi yang besar. Justru di antara hal yang perlu kita hidupkan dalam rumah-tangga adalah himmah ‘aliyah dan jiwa yang khusyuk, hawa nafsu yang rendah. Tidak meluap-luap.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menuturkan dalam Fawaidul Fawaid:

فمن علت همته وخشعت نفسه اتصف بكلِّ خلق جميل ومن دنت همته وطغت نفسه اتصف بكلِّ خلق رذيل

“Barangsiapa yang cita-citanya tinggi dan jiwanya khusyu’, maka dia telah memiliki segala akhlak mulia. Sedangkan orang yang rendah cita-citanya dan hawa nafsunya melambung tinggi, maka dia telah memiliki setiap akhlak yang rendah lagi tercela.” (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah).

Himmah yang tinggi terkait urusan-urusan mulia itulah yang perlu kita jaga bersama dalam keluarga. ‘Umar bin Khaththab radhiyaLlahu anhu berkata:

لا تصغُرنَّ همَّتُكم؛ فإني لم أرَ أقعدَ عن المكرُمات من صغر الهِمَم

“Jangan jadikan rendah himmah kalian. Sesungguhnya aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih menghalangi dari kemuliaan-kemuliaan melebihi rendahnya himmah.”

Apa itu himmah? Kadang diartikan ambisi, tetapi ini tidak sepenuh tepat. Semoga lain waktu dapat membincang lebih khusus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TELEPHONE