Pujian Tak Meninggikan Cacian Tak Merendahkan

Merawat Himmah dalam Rumah Tangga
5 Mei 2020
Menjaga Anak Dari Siksa Api Neraka
5 Mei 2020

Pujian Tak Meninggikan Cacian Tak Merendahkan

Muhammad bin Wasi’ Al-Azdi rahimahullah, murid seorang sahabat yang pernah tinggal dan dididik oleh Rasulullah ﷺ, yakni Anas bin Malik Al-Anshari radhiyaLlahu ‘anhu. Inilah seseorang yang sangat faqih, zuhud dan memiliki sangat banyak keutamaan. Malik bin Dinar rahimahuLlah, sahabatnya, berkata tentang Muhammad bin Wasi’:

“Qurra’ (penghafal pembaca Al-Quran) itu ada tiga macam. Pertama, qari’ yang membaca Al-Quran untuk Ar-Rahman. Kedua, qari’ yang membaca Al-Quran untuk dunia. Ketiga, qari’ yang membacakan Al-Quran untuk para raja. Sungguh, Muhammad bin Wasi’ Al-Azdi termasuk qari’ yang membacakan Al-Quran untuk Ar-Rahman.”

Banyak pujian disematkan kepadanya, tentang ilmu maupun keluhuran budinya, juga iman dan zuhudnya. Tetapi dengarkanlah nasehatnya. Kata Muhammad bin Wasi’ rahimahuLlah, “Seandainya dosa itu memiliki bau [tidak sedap] maka nescaya tidak ada seorang pun yang sanggup untuk duduk bersamaku.”

Inilah sikap orang yang paling menjaga dirinya dari dosa. Kita yang hidup sekarang ini – diriku maksudnya— tak seujung kuku pun kebaikannya. Sementara dosa menggunung dianggap biasa. Padahal ‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiyaLlahu ‘anhu, salah satu di antara sahabat utama Nabi ﷺ sangat takut pepujian manusia menjadikan lalai terhadap dosa. Kata Ibnu Mas’ud radhiyaLlahu ‘anhu:
.
لو تعلمون ذنوبي ما وطئ عقبي اثنان، ولحثيتم التراب على رأسي، ولوددت أن الله غفر لي ذنبا من ذنوبي، وأني دعيت عبد الله بن روثة. أخرجه الحاكم وغيره

“Andai saja kalian mengetahui dosa-dosaku maka tidak akan ada dua orang yang berjalan di belakangku dan sungguh kalian akan melemparkan tanah di atas kepalaku, dan aku berangan-angan Allah mengampuni satu dosa dari dosa-dosaku dan aku dipanggil Abdullah ibn Rautsah (Anaknya Kotoran).”

Di antara akhlak salaf yang hari ini terasa semakin asing adalah kesungguhan mereka berlindung dari fitnah pujian manusia. Apabila ada yang memuji, mereka berdo’a memohon ampun dan bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Bukan screenshot and share. Sangat berbeda dengan orang-orang yang banyak khilaf seperti saya. Mereka berdo’a:

.
اللَّهُمَّ لا تُؤَاخِذْنِي بِمَا يَقُولُونَ، واغْفِر لِي مَا لَا يَعْلَمُونَ واجْعَلْنِي خَيْراً مِمَّا يَظُنُّونَ

Ya Allah, jangan Engkau menghukumku disebabkan pujian yang dia ucapkan, ampunilah aku, atas kekurangan yang tidak mereka ketahui. Dan jadikan aku lebih baik dari pada penilaian yang mereka berikan untukku.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TELEPHONE