Rumah Pengkaderan- Dari Rumah Kita lahirnya Rijalud Da’wah

RISALAH JAKARTA- IKADI
26 Maret 2020
Bekal Para DAI
26 Maret 2020

Rumah Pengkaderan- Dari Rumah Kita lahirnya Rijalud Da’wah

By. Satria Hadi Lubis

Dulu ada pepatah “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”, namun saat Covid 19 mewabah saat ini pepatah itu malah berlaku sebaliknya, “Bersatu (bersama) kita runtuh, bercerai atau berpisah kita selamat”. Ini sesuai dengan anjuran pemerintah, ahli kesehatan dan fatwa ulama untuk melakukan social distancing atau mengkarantina diri di rumah masing-masing.

Dahulu kala, ketika pasukan Nabi Sulaiman as melewati perbukitan yang banyak semutnya dan hampir meluluhlantakkan komunitas semut disana, maka pemimpin semut berkata kepada rakyatnya :

“Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam rumah-rumahmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (Al Qur’an, surah An-Naml, Ayat 18).

Jika semut saja mengerti bagaimana strategi menyelamatkan komunitasnya dari bahaya, yaitu dengan berlindung di rumah-rumah, apatah lagi kita manusia.

Ketika virus Covid 19 yang tak terlihat mewabah dan kita tak tahu lagi siapa yang sudah tertular, maka berlindung di rumah-rumah adalah cara efektif untuk menyelamatkan diri dan orang banyak.

Itulah sebabnya di ayat selanjutnya, Nabi Sulaiman tersenyum kagum dengan “kearifan” semut, sehingga beliau berdoa :

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكٗا مِّن قَوۡلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوۡزِعۡنِيٓ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَيَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَٰلِحٗا تَرۡضَىٰهُ وَأَدۡخِلۡنِي بِرَحۡمَتِكَ فِي عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ

“Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih” (Al Qur’an, surah An-Naml, Ayat 19).

Alangkah baiknya doa ini juga sering kita baca di tengah wabah yang terjadi saat ini, sebagai tanda tetap bersyukur terhadap berbagai nikmat Allah dan tanda kearifan kita terhadap strategi berlindung di rumah masing-masing, serta tidak memandang sepele strategi tersebut.

Tentu berdiam di rumah bukan sekedar diam dan rebahan saja. Banyak sekali aktivitas produktif yang bisa dilakukan, terutama aktivitas yang ada kaitannya dengan ibadah kepada Allah sebagaimana yang Allah sebutkan :

“Di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, di sana bertasbih (menyucikan) nama-Nya pada waktu pagi dan petang, orang-orang (rizalun) yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat)” (Al Qur’an, Surat An-Nur, Ayat 36-37).

Inilah fungsi rumah sesungguhnya yang banyak dilupakan orang “modern” saat ini. Dan ini juga rahasia mengapa strategi berlindung di rumah menjadi efektif untuk menghadapi bahaya. Bukan saja secara ilmiah ia adalah cara efektif untuk memutus mata rantai penularan wabah, seperti yang disampaikan para ahli kesehatan, tetapi ia juga menjadi cara efektif untuk membentuk –bahasa Al Qur’annya– ar rizal, yakni orang-orang yang dekat kepada Allah swt yang akan menyelamatkan bumi dari murka Allah.

Setelah mesjid-mesjid terpaksa dikosongkan karena tak lagi efektif bisa menyelamatkan kita, maka tinggal rumahlah yang menjadi benteng terakhir kita.

Saat inilah kita perlu membuktikan kepada Allah bahwa rumah kita kembali kepada fungsi utamanya seperti yang Allah sebutkan pada surah An Nur ayat 36-37 di ayat, yakni menjadi tempat menggembleng para rizal, yang karakternya sudah disebutkan pada ayat di atas : “Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat).”

Karakter inilah yang nanti setelah bahaya virus mereda akan keluar dari rumah mereka masing-masing, bertebaran di muka bumi, untuk memperbaiki bumi dari kerusakannya selama ini. Menuju masyarakat yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur, makmur sejahtera di bawah ampunan Allah.

Sebab sebagai orang yang beriman kita harus yakin bahwa setiap musibah bukanlah sekedar musibah ansich, tapi sebagai peringatan dari Allah bahwa ada sesuatu yang salah dalam cara kita menata diri dan menata masyarakat selama ini.

“Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian)” (Al Qur’an, surah Asy-Syuuraa ayat 30).

Kelak ketika wabah virus ini berlalu karena Allah telah memaafkan kita (seperti yang disebutkan dalam surah as Syuura di atas), kita harus buktikan kepada Allah swt bahwa kita sudah bertaubat dan berubah. Bukan malah sebaliknya, semakin jauh dan sombong kepada Allah.

Oleh sebab itu, mumpung masih banyak waktu berdiam di rumah, mari kita jadikan rumah-rumah kita sebagai tempat pengkaderan para rizal. Suami, isteri, anak-anak dan segenap anggota keluarga lainnya saling bekerjasama berbenah memperbaiki diri. Bertaubat dengan mengubah rumah yang selama ini salah difungsikan hanya menjadi tempat istirahat atau menghibur diri saja, menjadi tempat pengkaderan lahirnya para rizal.

Rumah-rumah yang didalamnya ada peningkatan aktivitas spritual, emosional, intelektual, dan fisikal. Misalnya, ada sholat berjamaah, membaca al Qur’an, liqo keluarga, aktivitas mempererat ikatan emosional sesama anggota keluarga yang selama ini renggang, banyak membaca buku, diskusi tentang makna hidup, olahraga in-door, dan lain-lain, yang bisa kita lakukan selama fase karantina diri ini.

Kelak, mereka yang menjadikan rumah-rumahnya sebagai tempat penempaan tersebut akan keluar rumah menjadi manusia-manusia baru yang menjadi aset penting bagi pembangunan masyarakat.

Pada saat itu, mungkin Allah akan ridho dengan gaya hidup kita dan segera menghilangkan segala musibah yang terjadi pada kita. Hal itu karena Allah melihat kita sudah berubah. Tak lagi menjadikan rumah sebagai tempat bersantai, bahkan tempat maksiat, tapi sudah menjadikan rumah-rumah sebagai tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah swt sebagaimana yang seharusnya rumah itu difungsikan. Wallahu’alam bisshowab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TELEPHONE