إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ وَقَالَ أَيْظُا: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. أَمَّا بَعْدُ،
Hadirin jamaah jum’at rahimakumullah, Sebuah kesyukuran kita panjatkan ke hadirat Allah swt, karena kita masih dapat hidup dalam kondisi beriman dan masih bertitel sebagai seorang muslim. Dari mimbar jum’at ini khatib mengajak, marilah kita tinggkatakan ketaqwaan kepada Allah, dengan berusaha menjalankan semua yang Allah perintahkan dengan hati yang ikhlash dan penuh ketaatan, serta berupaya sekuat tenaga meninggalkan larangan-larangan Allah dengan hati yang penuh ketawaduan atau kerendahan hati.
Sholawat dan salam, senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad saw. yang telah berkorban jiwa dan raganya memperjuangkan Islam, mengeluarkan umat manusia dari alam kekafiran menuju alam yang penuh iman dan taqwa.
Hadirin, jamaah jum’at rahimakumullah,
Dewasa ini, semakin terlihat tajam perbedaan kultur masyarakat yang mengakibatkan perpecahan. Keberagaman itu seharusnya menjadi sebuah media untuk saling berbagi dan melengkapi, hingga terwujudnya suatu persaudaraan yang sempurna. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perselisihan, diantaranya adalah faktor ta’asubbiyah terhadap suatu golongan yang mengalahkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial.
Para pemuka masyarakat pun semakin kehilangan perannya untuk memberikan pendidikan tentang kedamaian. Berbeda dengan Wali Songo yang metode dakwahnya mudah diterima masyarakat. Meskipun masyarakat pada saat itu masih cenderung berpegang pada tradisi nenek moyang, dengan multikulturalisme, Para Wali mampu menanamkan nilai-nilai kebaikan agama yang hingga saat ini dapat kita rasakan keberhasilannya.
Berbicara tentang Wali Songo, berarti membicarakan tentang perkembangan Islam di tanah Jawa. Wali Songo adalah pemuka agama jaman dahulu yang memelopori dakwahnya dengan manjunjung tinggi toleransi. Tradisi paling terkenal tentang Jawa dan perkembangan Islam di dalamnya adalah Babad Tanah Jawa. Sejarah tersebut menguraikan tentang peranan para Wali di bawah konsolodasi Demak dalam menyebarkan Islam di daerah masing-masing. Oleh sebab itu, kiranya perlu kita pelajari bersama tentang metode dakwah multikultural gagasan Wali Songo.
Multikultural adalah sebuah peran yang mengakomodasi keragaman identitas agama, ras, dan etnik, serta potensi individu masyarakat. Metode dakwah multikultural memilki tujuan memanusiakan manusia agar terciptanya suasana saling menghormati, memahami, dan toleransi berdasarkan perbedaan identitas dan potensi masing-masing. Multikulturaslisme sebagi sebuah kepercayaan yang menyatakan bahwa kelompok-kelompok etnik atau budaya dapat hidup berdampingan secra damai dalam prinsip co-existence yang ditandai oleh kesediaan untuk menghormati budaya lain.
Konsep dakwah multikultural juga disebutkan jelas dalam al-Qur’an QS. al-Hujurat ayat 13, yaitu:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Oleh karena itu, metode dakwah multikultural adalah metode dakwah yang menghargai perbedaan dan memanusiakan manusia. Lebih jelasnya lagi, metode dakwah multikultural adalah metode dakwah dengan cara “merayakan perbedaan”.
Hadirin, jamaah jum’at rahimakumullah,
Kedatangan Wali Songo yang memiliki notaben membawa ajaran agama Islam di tengah budaya lokal, ternyata tidak mengalami benturan yang menghambat gagasan multikultural. Namun bangunan integrasi nilai-nilai Islam dengan budaya lokal ini menjadi berbeda semenjak perang dunia II, bersama dengan maraknya masyarakat dunia membicarakan sistem kenegaraan, yakni peraliahan dari sistem kerajaan menuju pemerintahan. Peralihan tersebut mengembangkan sistem pemerintahan penganut ajaran trias politika yaitu eksklusif, legislatif, dan yadikatif. Pendidikan multikultural Wali Songo juga merupakan sebuah aplikasai dari bentuk pendidikan dalam Sunnah Nabi saw. Diantara kelebihan pendidikan dalam Sunnah adalah memaparkan tujuan dan niat dalam pendidikan dan pengajaran, karena sesungguhnya niat tersebut juga menentukan proses dalam mencapai suatu tujuan dakwah.
Beberapa tradisi ritual sakral Jawa banyak yang tersimbolisasikan, sehingga memberikan warna terhadap kebatinan masyarakat Jawa dan akhirnya terjadilah akulturasi budaya antara tradisi mistik Jawa (kejawen) dengan mistik Islam (tasawuf). Hal ini tetlihat pada konsep Sekaten (dari kata Syahadatain) dan beberapa upacaya seperti Maulud dan Asyuura yang ada di Keraton. Pengaruh tersebut menyatu dengan trasdisi lama seperti Animisme dan Dinamisme yang mandiri dan terbuka. Hadirin jamaah jum’at rahimakumullah, Wali Songo merupakan suatu cermin keberagaman yang benar-benar menghargai perbedaan dan harmonisasi hidup yang terus menerus disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Hal ini dilakukan dalam rangka kontekstualisasi agar terhindar dari penguburan ajaran agama Islam itu sendiri. Mereka telah mendorong keberagaman yang humanis, memecahkan problem masyarakat, serta meningkatkan kebersamaan. Sejarah Wali Songo juga telah menunjukkan bagaimana tradisi toleran yang tidak pernah lepas dari kiprahnya.
Hadirin jamaah jum’at rahimakumullah,
Wali Songo penyebar agama Islam di pulau Jawa telah berhasil mengombinasikan aspek-aspek sekular dan spiritual dalam memperkenalkan Islam kepada masyarakat. Pola kombinasi ini dilakukan dengan cara mentoleransi tradisi lokal serta memodifikasikannya ke dalam ajaran Islam dan tetap bersandar pada prinsip-prinsip Islam. Hasilnya adalah terbentuknya harmonisasi kehidupan para raja, bangsawan, dan rakyat pasa masa itu. Sebagaimana salah satu kaidah ushulu l fiqh yang menyebutkan banwa:
الْمُحَافَظَةُ عَلَى القَدِيْمِ الصَّالِحْ وَالْأَخْذُ بِالْجَدِيْدِ الْأَصْلَحْ
“Melestarikan budaya/metodologi lama yang masih relevan dan mengadopsi budaya/metodologi baru yang lebih relevan”
Dengan mengedepankan prinsip keberagaman dan tolerensi, Wali Songo dapat memberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip nilai yang berhubungan dengan tauhid, kemanusiaan, keadilan, dan persamaan tanpa ada pertentangan. Gagasan metode dakwah multikultural Wali Songo juga didasarkan pada asas keberagaman, dan dengan metode inilah dakwah Islam dapat mudah diterima di kalangan masyarakat. Metode dakwah multikultural baik diterapkan di berbagai lini masyarakat. Dengan model ini, umat Islam, khususnya muslim Indonesia, akan mampu berpikir, berinteraksi, dan berkarya dengan bijak, serta terlatih untuk menjalin hubungan baik antar sesama, sebagai alat pemersatu bangsa, menjunjung tinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Semoga materi khutbah pada siang ini dapat menambah wawasan bagi kita semua, dan memberikan inspirasi untuk lebih berinovasi dalam mencetak kader umat untuk kejayaan bangsa. Amin ya Robbal ‘aalamiin..
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ مِنْ كُلِّ الذَّنْبِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ Khutbah Kedua الْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَي نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْأَنَامِ وَعَلَي الِهِ وَصَحْبِهِ يَنَابِيْعِ الْعُلُوْمِ وَالْحِكَمِ، أَمَّا بَعْدُ. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللهُمّ صَلِّ وَسَلّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلى الِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، حَمْدًا الشَّاكِرِيْنَ حَمْدًا النَّاعِمِيْنَ حَدْاً يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِى مَزِيْدَهُ يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الْمُلْكُ وَلَكَ كُلَّ الشَّيْءِ، سُبْحَانَ الَّذِى لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ. اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اللَّهُمَّ إِنَّنَا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ. اللَّهُمَّ إِنَّنَا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ، مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ، مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتي فِيهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنا الّتِي إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ باِلْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرَوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِمِ الصَّلَاةَ.
TOLERANSI DALAM BERAGAMA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA
Oleh: Badarudin Muhammad Khadam, M.Pd. Khutbah Pertama
Curriculum Vitae
Nama : Badarudin Muhammad Khadam, M.Pd. Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 17 Januari 1991 Pendidikan Terakhir : Magister S2, Pendidikan Agama Islam